GM – Menggeluti bisnis budidaya ikan kini tengah naik daun. Telebih saat ini cukup banyak masyarakat yang menginginkan konsumsi ikan segar organik. Oleh karenanya bagi Anda yang tertarik menjalankan bisnis, budidaya ikan nila adalah rekomendasi yang patut dicoba. Namun sebelum itu, pahami dulu seluk-beluk seputar ikan nila.
Punya nama ilmiah Oreochromis niloticus, ikan nila merupakan spesies tropis yang lebih suka hidup di perairan dangkal. Suhu mematikan yang lebih rendah dan atas untuk ikan nila masing-masing adalah 11-12° celcius dan 42° celcius, sedangkan suhu yang disukai berkisar antara 31 hingga 36° celcius.
Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan menyebut, nila adalah jenis ikan air tawar yang toleran terhadap berbagai kondisi lingkungan perairan dan dapat mendominasi suatu habitat. Ikan jenis ini berkembang biak dengan cepat dan termasuk ikan pemakan segala, sehingga dapat bersaing dengan berbagai jenis ikan endemik yang ada pada suatu habitat. Selengkapnya mengenai ikan nila akan dikupas tuntas dalam pembahasan berikut ini.
- Mengapa Budidaya Ikan Nila?
- Manfaat dan Kandungan Gizi Ikan Nila
- Cara Budidaya Ikan Nila Di Kolam
- Tahap 1: Pembenihan
- Tahap 2: Pendederan
- Tahap 3: Pembesaran di Kolam
- Tahap 4: Panen
- Media Kolam Untuk Budidaya Ikan Nila
1. Mengapa Budidaya Ikan Nila?
Ikan nila memiliki warna bervariasi, mulai dari biru perak, perak kehitaman, merah perak, kekuningan, dan lain sebagainya.Ukuran panjang maksimal ikan nila bisa mencapai 50 cm, dengan ukuran jantan lebih kecil dibandingkan betina. Ikan air tawar ini bisa ditemukan di berbagai jenis habitat beriklim tropis dengan suhu rata-rata 8° celcius – 30° celcius seperti kolam, sungai, danau, hingga muara sungai.
Dinas Perikanan Kabupaten Tabanan mengungkapkan, pengembangan budidaya ikan nila di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1969. Meski demikian, budidaya secara intensif baru mulai berkembang tahun 1980-an seiring ditemukannya beberapa jenis nila unggul seperti nila merah, nila GIFT (Genetic Improvement of Farmed Tilapia), dan nila GET (Geneticaly Enhanched of Tilapia) dari Filipina yang bisa tumbuh besar dalam waktu relatif singkat di wadah budidaya intensif berupa kolam dan kantong jaring apung.
Selain nila jenis GIFT dan GET, belakangan juga muncul jenis nila unggul yang dikenal dengan nama nila JICA, nila GESIT (Genetically Supermale Indonesian Tilapia) atau dikenal juga dengan nama nila YY, serta nila NIRWANA (Nila Ras Wanayasa).
Budidaya ikan nila banyak dipilih masyarakat yang tengah merintis usaha mikro, kecil, dan menengah. Pasalnya modal yang dibutuhkan untuk bibit ikan relatif murah, hanya saja perlu menyiapkan lahan besar sebagai kolam budidayanya.
Hal lain yang perlu diketahui, ikan nila semakin diminati masyarakat sehingga permintaan pasar meningkat tinggi. Selain untuk konsumsi lokal, ikan nila merupakan komoditas ekspor terutama ke Amerika Serikat dalam bentuk fillet. Oleh karena itu produktivitasnya harus dipacu terus-menerus. Tentunya hal ini akan membuka banyak peluang dari hasil budidaya ikan nila Anda.
2. Manfaat dan Kandungan Gizi Ikan Nila
Ikan nila mengandung banyak gizi baik bagi tubuh manusia. Berikut gizi yang terkandung dalam 100 gram ikan nila, seperti disebutkan Daftar Komposisi Bahan Makanan:
- Energi (kal) 89,00
- Besi (mg) 1,50
- Protein (g) 18,70
- Vitamin A (RE) 6,00
- Lemak (g) 1,00
- Vitamin B (mg) 0,03
- Kalsium (mg) 96,00
- Air (g) 79,70
- Fosfor (mg) 29,00
- BOD (%) 80,00
Selain punya kandungan gizi yang lengkap, ikan nila juga punya banyak manfaat. Diantaranya mencegah anemia. Hal ini lantaran ikan nila mengandung vitamin B (B3,B6,B9,B12), magnesium dan seng. Tidak hanya itu, ikan nila juga diyakini bermanfaat menjaga kesehatan kelenjar tiroid, mencegah terjadinya kanker prostat, menjaga kesehatan tulang, serta mencegah penuaan dini. Menarik, ya?
Info tambahan untuk Anda, produksi ikan nila secara nasional sendiri cukup menggembirakan karena terus mengalami peningkatan. Dimana catatan produksi tahun 2016 sebesar 1.114.156 ton, sedangkan tahun 2017 meningkat menjadi 1.265.201 ton. Produksi hingga triwulan III tahun 2018 tercatat 579.688 ton.
Sentra budidaya ikan nila di Indonesia menyebar cukup luas diantaranya Jawa Barat, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Sulawesi Utara dan Sumatera Utara, dimana secara berurutan pada tahun 2017 produksinya yakni 344.583,06 ton; 160.594,19 ton; 114.391,16 ton; 91.571,39 ton; dan 51.228,37 ton.
3. Cara Budidaya Ikan Nila Di Kolam
Budidaya ikan nila memang cukup mudah, selama Anda mengetahui proses yang tepat dan juga memahami wawasan tentang ikan nila. Melansir laman resmi Dinas Perikanan Kabupaten Tabanan, berikut tahapan budidaya ikan nila baik untuk skala rumah tangga maupun menengah.
Tahap 1: Pembenihan
Pembenihan ikan nila dilakukan di kolam (idealnya) berukuran minimal 500m2. Konstruksi dasar kolam dibuat dengan kemiringan 2–5 % dan dilengkapi dengan kobakan (bak panen) dengan dimensi 2,5 x 1,5 x 0,5 m. Sebelum masuk ke proses awal ini, terlebih dulu harus membuat kolam yang diawali dengan pengolahan tanah dasar kolam, perbaikan pematang, pembuatan kemalir/caren serta pemupukan dengan pupuk kandang dosis 25–50kg/are. Kolam diisi air setinggi 70–100cm.
Padat tebar induk yang akan dibenihkan adalah 1–5 ekor/m2 dengan perbandingan induk jantan dan betina 1:3–5. Selama pembenihan, induk diberi pakan berupa pelet dengan dosis 3% dari bobot biomas ikan per hari.
Setelah 10-15 hari sedari induk ikan nila ditebarkan, mulai bisa dilakukan panen larva secara selektif dengan cara menyeroknya setiap pagi. Berikutnya setelah sebulan, dilakukan panen total dengan cara menyurutkan air kolam dan menangkap larvanya yang terkumpul di kobakan (bak panen). Larva selanjutnya dipelihara di kolam pendederan I yang sudah disiapkan seminggu sebelumnya.
Tahap 2: Pendederan
Pendederan I (pertama) ikan nila bisa dilakukan di sawah sebagai penyelang atau di kolam yang luasnya 500-1000 m2. Kolam tersebut disiapkan seminggu sebelum penebaran benih, yang meliputi pengeringan, perbaikan pematang, pengolahan tanah dasar dan pembuatan kemalir. Setelah itu kolam dikapur dengan kapur tohor sebanyak 1–2,5kg/m2 dan dipupuk dengan pupuk organik dengan dosis 25–50kg/m2 dan pupuk anorganik (Urea dan TSP) 100g/are.
Setelah air kolam bewarna hijau kecokelatan, larva boleh ditebar pada pagi hari dengan kepadatan 100 ekor/m2. Pakan berupa pellet halus atau dedak sebanyak 20% dari total biomas/hari diberikan dengan frekuensi pemberian 3 kali/hari.
Pemeliharaan di kolam pendederan pertama berlangsung selama 2–4 minggu. Benih dari hasil pendederan I yang memiliki ukuran panjang 1–3cm bisa kembali di-deder di kolam pendederan II dan III hingga mencapai ukuran benih 8–12cm.
Tahap 3: Pembesaran di Kolam
Luas kolam bervariasi tergantung lahan yang tersedia, dapat berupa kolam tembok atau tanah biasa. Sebelum benih ikan ditebar, tanah dasar harus diolah terlebih dahulu, kemudian dikapur dengan kapur tohor sebanyak 10–25gr/m2 dan dipupuk dengan pupuk kandang 500–600gr/m2.
Saluran pemasukan diberi kawat penyaring/saringan agar hewan predator tidak dapat masuk. Selanjutnya kolam diairi sampai pada ketinggian 70–100cm diusahakan selama pemeliharaan air tetap mengalir. Kemudian benih ukuran 8–12 siap tebar dengan kepadatan 5-10 ekor/m2.
Pemberian pakan pelet dengan kandungan protein berkisar 20–25% sebanyak 3 % dari berat total frekuensi pemberian 5 kali /hari. Selain pemberian pakan, perawatan harian yang perlu dilakukan adalah pengelolaan air dan menjaga sanitasi lingkungan.
Tahap 4: Panen
Setelah dipelihara selama 4–6 bulan, ikan nila sudah bisa dipanen secara total atau secara selektif, dipilih ukuran tertentu sesuai permintaan pasar. Ikan nila pada usia 4–6 bulan pemeliharaan akan memiliki berat yang bevariasi, yakni antara 400-600 gram/ekor.
Bila ukuran berat dari masing-masing ikan dirasa belum maksimal, maka masa panen bisa juga dilakukan dengan sistem bertahap, dimana hanya dipilih ukuran konsumsi (pasar). Pada tahap pertama dengan menggunakan jaring dan setiap bulan berikutnya secara bertahap.
4. Media Kolam Untuk Budidaya Ikan Nila
Budidaya ikan nila sebenarnya bisa dilakukan dengan media apa saja, termasuk akuarium. Hanya saja, bagi Anda yang ingin membudidayakan ikan nila dengan tujuan bisnis, tentu diperlukan media kolam ukuran besar yang bisa memanen ikan dalam jumlah besar. Setidaknya ada dua jenis kolam untuk budidaya ikan nila yang bisa Anda pertimbangkan. Berikut penjelasannya.
Kolam Terpal
Kolam terpal kerap menjadi media yang banyak dipilih pelaku usaha budidaya ikan nila. Mengutip Ilmu Budidaya, untuk membuat kolam terpal hal wajib yang harus disiapkan adalah lahan berukuran luas. Pastikan area lahan bersih dari batu, kayu, hingga rumput sekalipun.
Selanjutnya untuk membuat kolam terpal, gali tanah sedalam 70cm menggunakan sekop ataupun cangkul, setelah itu ratakan dasar tanah galian. Letakkan batu bata di dasar tanah galian, dan ratakan dengan ketinggian yang sama agar dasar kolam datar sehingga mempermudah dalam pengisian dan pengecekan tinggi air.
Buat juga tanggul pada kolam terpal agar kuat dan tidak mudah rusak. Kemudian taburkan sekam secara merata pada dasar kolam. Setelah sekam masuk, pasang terpal dan pemberat berupa patokan- patokan yang menjaga posisi terpal agar tidak mudah bergeser atau goyah saat terkena hujan.
Hal terakhir yang harus diperhatikan yaitu sanitasi air. Buat saluran pintu masuk air pada kolam secara maksimal, agar kondisi air di kolam selalu bersih dan membuat ikan nila bisa tumbuh optimal. Jika saluran pintu masuk air sudah dibuat, tahap terakhir adalah mengisi air bersih ke kokam hingga mencapai tinggi maksimal 100cm.
Kolam Beton
Berbeda dengan kolam terpal yang bisa selesai dalam waktu dua hari, persiapan kolam beton untuk budidaya ikan nila membutuhkan waktu hingga 2 minggu. Prosesnya diawali dengan pembuatan kolam beton pada lahan budidaya yang telah disiapkan. Setelah kolam rampung, jangan isi kolam denagn air terlebih dahulu.
Biarkan kolam kering dan lakukan proses pengapuran selama beberapa hari. Selanjutnya taburkan pupuk kandang atau kompos ke seluruh permukaan kolam. Diamkan lagi selama beberapa hari sebelum kolam beton diisi dengan air.
Pada tahap awal, cukup isi kolam dengan air hingga setinggi 20–30 cm dari dasar kolam. Tak cukup sampai di situ, lakukan penyemprotan petisida dan diamkan air kolam tersebut agar cahaya matahari mulai masuk menembus permukaan air. Jika dirasa sudah siap, tingkatkan volume air menjadi 150cm, lalu letakkan daun-daunan seperti daun pisang, daun singkong, atau enceng gondok ke dalam kolam. Tanaman satu ini memang terkenal dalam dunia budidaya ikan, keberadaanya bisa membuat suhu di dalam kolam menjadi lebih hangat.