GM – Perkembangan teknologi yang sangat pesat, berimbas pada semua sektor, termasuk bisnis properti. Para pelaku bisnis properti dituntut untuk dapat lebih memahami kebutuhan konsumen yang menginginkan kecepatan dan kemudahan untuk mengakses dan mendapatkan informasi mengenai proyek properti yang diminatinya. Salah satunya dengan penerapan teknologi yang semakin menjadi daya tarik dalam memasarkan properti.
Penggunaan brosur dengan gambar dan denah rumah, meskipun masih digunakan saat ini, namun sebatas alat pendukung bagi pemasaran proyek. Dalam perkembangannya, brosur dibuat lebih menarik dengan gambar-gambar rendering dan pembuatan video-video animasi yang lebih ‘hidup’. Namun kondisi ini membuat konsumen masih harus dengan suka rela berkeliling ke proyek secara langsung untuk melihat dari dekat proyek idamannya, yang tentunya menyita waktu dan biaya.
Era pemasaran properti mulai berkembang pesat memasuki era digital melalui portal-portal properti sebagai tempat bagi konsumen untuk dapat meng-explore proyek-proyek pilihannya sebelum berkunjung. Tidak sampai disitu, revolusi strategi pemasaran yang terjadi setelah pandemi, menggeser strategi pemasaran konvensional dengan berkembangnya penggunaan media sosial secara masif. Disruptive technology terus berlanjut dan secara dramatis mengubah cara konsumen berinteraksi. Konsumen ingin merasakan langsung kehadirannya di sebuah proyek lebih nyata, meskipun mereka berada jauh dari proyek tersebut.
Paulus Timothy, Founder Viruma Indonesia mengatakan bahwa digitalisasi pemasaran tidak hanya berkembang secara teknologi namun juga semakin inovatif. Teknologi digital virtualimmersive dari Viruma menjadi lompatan besar dengan fitur canggih yang memungkinkan konsumen bisa leluasa ‘berselancar’ dan meng-explore sendiri proyek idamannya seakan-akan mereka hadir disana.
“Viruma Indonesia telah menghadirkan terobosan inovatif terbaru virtual immersive pertama di Indonesia, bahkan sangat terbatas juga di dunia. Teknologi Viruma memungkinkan konsumen berinteraksi layaknya mereka ada di sebuah proyek. Dapat merasakan suasana pagi, siang, atau malam hari di rumahnya. Bahkan dapat mengubah-ubah interior sesuai keinginan mereka,” jelas Paulus.
Menyinggung soal biaya pembuatan digitalisasi melalui Viruma, Paulus menyebutkan biaya pembuatan proyek versi digital ala Viruma Indonesia pun relatif tidak mahal dibandingkan dengan kelebihan-kelebihan yang dimiliknya.
Teknologi tersebut terealisasi dengan hadirnya Viruma Micro Gallery (VMG) 1.0 pada tahun laludan telah disempurnakan menjadi generasi VMG 2.0 yang lebih user friendly, sehingga konsumen dapat menggunakan alat ini untuk berinteraksi langsung dengan proyeknya dengan mudah. VMG ini pun menjadi pengganti maket proyek bagi para pengembang karena dilengkapi dengan fitur-fitur canggih yang tidak dapat dilakukan oleh maket fisik konvensional. Penggunaan VMG dapat lebih memberikan efektivitas dan efisiensi biaya, termasuk naiknya brand imagekarena menggunakan teknologi terkini.
Lebih lanjut, Paulus mengatakan bahwa VMG menjadi cikal bakal dan pelopor untuk memasuki era Property Marketplace 5.0 yang akan mengubah perilaku pasar untuk membeli propertidengan menggunakan keunggulan teknologi. Beberapa pengembang yang saat ini sudah menjadi klien Viruma telah merasakan dampak positif dengan peningkatan penjualan dengan convertion rate yang tinggi dari konsumen yang datang dan berinteraksi langsung dengan Viruma Micro Gallery. Teknologi menjadi hal yang tidak bisa dihindari dan penerapannya akan mengubah peta persaingan pemasaran properti di tanah air.